Puasa sebagai Proses Pendidikan Kejujuran

Pekanbaru, 16 Maret 2024 – Dalam konteks bulan suci Ramadan, Dr. Zuriatul Khairi, M.Ag, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau (Suska Riau), memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana puasa dapat berperan sebagai proses pendidikan kejujuran.

Menurut Dr. Zuriatul Khairi, puasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan latihan untuk mengendalikan diri dan memperkuat nilai-nilai moralitas, termasuk kejujuran. “Proses puasa mengajarkan kita untuk lebih sadar akan perbuatan kita, termasuk menjaga kejujuran dalam segala aspek kehidupan,” ujarnya.

Beliau menekankan bahwa dalam situasi puasa, seseorang diajarkan untuk tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi juga dari perilaku yang tidak jujur seperti berbohong, menipu, atau mengambil yang bukan haknya. “Puasa membentuk kesadaran spiritual yang memperkuat komitmen terhadap kejujuran dan integritas,” tambah Dr. Zuriatul Khairi.

“Sebagai bagian dari syariat Islam, Puasa berfungsi untuk mengatur dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan ini tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga meliputi hubungan dengan diri sendiri dan dengan Allah. Puasa memiliki manfaat yang dapat membantu manusia dalam mencapai kejujuran” tegas beliau.

Selain itu, Dr. Zuriatul Khairi juga menyebutkan bahwa puasa dapat memperkuat kontrol diri dan kemampuan untuk menahan godaan, yang merupakan faktor kunci dalam praktik kejujuran. “Dengan menahan diri dari keinginan duniawi selama berpuasa, seseorang belajar untuk mengendalikan impuls dan memilih tindakan yang jujur dan benar,” paparnya.

Namun, beliau juga menegaskan bahwa nilai-nilai yang dipelajari selama bulan Ramadan harus diterapkan sepanjang tahun. “Puasa harus menjadi titik awal bagi individu untuk membiasakan diri dengan perilaku jujur dan integritas, bukan hanya selama Ramadan, tetapi sepanjang tahun,” tegas Dr. Zuriatul Khairi.

Dalam melakukan puasa, manusia harus mengingatkan diri sendiri bahwa puasa hanya berfungsi sebagai alat untuk menciptakan kejujuran dan kesejahteraan yang lebih baik. “Jangan lupa untuk menjaga kejujuran dalam setiap kegiatan hari-hari, karena itu yang akan membawa keberhasilan dan kebahagiaan yang sesejati kepada kita semua” pungkas beliau.

Artikel ini ditulis oleh Imam Hanafi, M.A

About Dina Haya Sufya, M.Si

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Check Also

BABAK FINAL MODUS DARING 2 IPCOM V 2024: Merayakan Prestasi dalam Kreativitas Ilmiah

Pada tanggal 19 Maret 2024, Kompetisi Presentasi Ilmiah International Psychology Competitioni (IPCOM) V tahun 2024 …

Tinggalkan Balasan