Pekanbaru, 26/02/25. Fakultas Psikologi kembali mengirimkan narasumber ke RRI Pro 2 Pekanbaru dalam acara SPADA ( Selamat Pagi Teman Pro 2) disiarkan secara langsung melalui Chanel youtube Pro 2 Pekanbaru, pada Hari selasa, 25 Februari 2025. Sebagai narasumber dari Fakultas Psikologi yaitu, Dina Haya Sufya, M.Si yang juga dosen Psikologi UIN Suska Riau. Tema yang didskusikan yaitu, “Speak Up : Berani Bicara dan Kesehatan Mental”
Di sesi pertama diskusi ini Dina Haya Sufya, M.Psi menjelaskan bahwa Gen Z perlu di dorong dalam hal keberanian dalam berbicara speak up untuk berkata jujur dan terbuka tanpa rasa takut dan peduli pada mental health nya hal ini perlu di lakukan karena menurut data riset populis 60 % Gen Z di seluruh Indonesia meunjukkan pernah mengalami gangguan penyakit mental seperti, kecemasan anxiety, depresi, kelelahan burnout . kemudian masih dalam penelitian itu 40 % Gen Z mentalnya dipengaruhi oleh media social dimana mereka di tuntut untuk sempurna dalam menjalani kehidupan ini.
Kemudian dari data-data itu hanya 15% saja mereka yang berani menceritakan problem kejiwaannya kepada keluarganya seperti, orang tuanya, maupun saudara kandungnya maupun ke lembaga yang professional seperti Lembaga konseling.
“dilihat dari data-data diatas ada keprihatinan kita sebagai pendidik apalagi di Fakultas Psikologi dan ini perlu kita waspadai dan perlu kita concern peduli terhadap permasalahan ini karena Gen Z ini adalah generasi penerus bangsa kedepannya” ungakap Ibu Dina panggilan akrabnya
Lebih lanjut Ibu Dina menekankan kepada Gen Z untuk menyeimbangkan antara kesehatan mental, pisik, spiritual dan lingkungan ke empat komponen ini diharapkan bisa menjaga keberlangsungan generasi yang cerdas dimasa depan.
Ketika ditanya Christy tentang keterlibatan keluarga dalam menyeimbangkan kesehatan mental ini Ibu Dina menjelaskan,
“bahwa ada kewaspadaan keluarga terutama para orang tua untuk mengarahkan kepada anak-anak mereka yang merupakan Gen Z untuk tidak memaksakan sesuatu kepada mereka, menekankan pentingnya keterbukaan dan komunikasi yang intens kepada mereka”jelas ibu Dina
Dalam diskusi berikutnya Ibu Dina menguraikan bahwa media sosial ini ibarat pedang bermata dua artinya bisa sebagai pendukung atau motivasi, responnya yang positif dan bisa sebagai penghalang atau bahkan sebagai perusak mental penggunanya, responnya yang negative,
“dalam hal menggunakan media social ini peranan kesehatan mental sangat penting artinya disaat kita memposting sesuatu di aplikasi ternyata tidak ada respon dari netizen atau bahkan ada terjadi yang sipatnya haters atau bullying maka disinilah peranan kesehatan mental diperlukan jangan sampai kita merasa tertekan atau terbawa emosi “terang Ibu Dina
Bagaimana apabila ada Gen Z yang belum berani bercerita atau speak up kepada keluarganya atau di medsos menurut Ibu Dina itu dikarenakan masih ada stigma pada pribadi, keluarga dan masyarakat bahwa problem atau permasalahan mental health yang dialami individu tidak boleh di ungkapkan atau diceritakan pada medsos atau orang lain karena itu adalah aib dan takut ada fitnah. Cukup diam saja dan takut minta bantuan professional seperti Lembaga konseling.
Masih menurut Ibu Dina,
“perlu pemahaman kepada Gen Z untu berani speak up dan peduli pada kesehatan mentalnya untuk mengurangi beban mental yang sudah menumpuk dalam dada dan pikiran “tutup nya
Untuk membentuk lingkungan yang positif diperlukan usaha semua masyarakat, termasuk peran orang tua, keluarga dan lingkungan, perlu penanganan yang serius dari orang tua untuk peduli pada kejiwaan anak-anaknya, agar mental healthnya bisa dikembangkan dengan baik.
Wassalam